Kita bersama lama dengan Rekan Kadin, seorang lelaki unik dengan banyak kreasi. Sebagai anak desa Kadin adalah pemuda yang cerdas dan kreatif. Hal itu dibuktikan dengan masukne dia di SMA 1 Nganjuk, sebuah sekolah favorit yang menjadi incaran banyak anak pejabat.

Sebagai pribadi yang kreatif, Kadin adalah seorang seniman yang bisa main organ, drama dan melucu. Maka tidak heran kalau hari harinya selalu dalam kelucuan dan selalu kelihatan nyantai. 

Sebagai sarjana lulusan IAIN Kediri, Kadin muda aktif di IPNU Ancab Rejoso disamping orang yang semangat untuk bertani bawang merah. Maka suatu waktu saya pernah diajak siram bawang merah pada malam hari disela sela pelatihan IPNU. Kadin adalah seorang pekerja keras, ulet dan penuh kesabaran. 

Keuletan dan kesabaran rekan Kadin tercermin dari perjuangan dia sebagai aktifis organisasi yang kalah mencalonkan kepala desa, kalah menjadi caleg, walau akhirnya pernah mendapatkan PAW sebagai anggota DPRD Nganjuk walau hanya beberapa bulan. 

Entah bagaimana ceritanya rekan Kadin akhirnya mendapatkan istri seorang bidadari dari kediri yang bernama mbak Umi. Rekan Kadin dan mbak Umi Kholifah dikaruniai dua orang anak yang cerdas cerdas. Anak pertama Mas Anggi kuliah di UGM jurusan tehnik industri, sedangkan anak yang kedua mas Friza kuliah di UGM fakultas  Tehnik pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur sipil di UGM.

Perjalanan hidup seseorang memang selalu ada cobaan, seperti halnya rekan Kadin yang dicoba kesabaran dengan istri yang sakit tumor otak selama 10 tahun. Sepuluh tahun bukan waktu yang pendek, kita bisa membayangkan bagaimana seorang Kadin harus bersabar, berjuang dan memenuhi kewajiban untuk menyekolahkan anak. 

Bahkan perjuangannya dilakukan hingga merantau ke Riau sebagai koki penyetan yang mantap. Alhamdulillah saat itu saya bisa sambang ke Riau ketika kunjungan kerja. Namun karena dinamikan ekonomi dan hidup, usaha penyetan yang sukses tersebut akhirnya tutup.

Di Riau tidak berlanjut akhirnya pulang kampung kembali ke perbawang merahan lagi. Berperang melawan waktu demi istri yang sakit begitu lama dan membiayai kuliah anak yang tidak kecil. Sebagai seorang istri mbak Umi diberi cobaan yang begitu besar, berkali kali ikut menanggung derita kekalahan politik dan Pilkades, disamping penyakit tumor otak yang begitu lama. Hampir seluruh rumah sakit disinggahi selama 10 tahun. 

Begitu lamanya perjuangan dan penderitaan mbak Umi semoga cara Allah untuk mengurangi dosa yang mungkin dimiliki sebagaimana sebuah hadits Bukhari dan Muslim yang menyatakan bahwa "Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu musibah berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah akan menggugurkan dosa-dosanya dengan sakitnya itu, sebagaimana sebatang pohon yang menggugurkan daun-daunnya". 

Kita semua harus bersyukur karena diberi anugerah sehat jasmani dan rohani, karena apa yang diberikan Allah adalah anugerah yang besar bagi kita semua. Kematian adalah Haq dan benar adanya, maka untuk mencari bekal di alam kubur hanya amal soleh, amal jariyah dan anak yang soleh yang akan bisa menemani kita dengan doa doanya. 

Menemani istri sampai akhir hayat adalah sebuah prestasi dan tauladan yang baik untuk kita semua. Cinta manusia memang tidak hakiki, namun perjuangan cinta kepada seorang istri adalah sebuah anugerah terindah dalam hidup.

Hubungan suami istri pasti penuh dinamika, di dunia itu enak terus jelas tidak mungkin, tidak enak terus juga tidak mungkin. Maka berusahalah untuk menjaga kualitas hubungan agar selalu dalam indah dalam kebersamaan. 

Meminjam konsep Mahathir Muhammad mantan Presiden Malaysia, “Hidup itu bukan sekadar panjang, tapi juga bermakna. Makanya beliau terus kerja, terus menyumbang ide, terus ngasih pengaruh” Sebuah tauladan yang luar biasa, semoga kita bisa meniru di sisa hidup kita. 

Yang terakhir Saya sampaikan belasungkawa yang mendalam buat rekan Kadin, dengan teriring doa semoga Allah memberikan kepada mbak Umi Kholifah tempat terbaik disisi Allah SWT. Amin !! Kepada keluarga yang ditinggalkan semoga diberi kesabaran. Amin 

Penulis 

HM. BASORI, M.Si 

Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocacy

Komentar

    Belum ada komentar

Tinggalkan komentar