Ketika ada kasus ( termasuk Kasus Kuota Haji ) semua orang berpenampilan seperti pengamat hebat yang menjustifikasi berita sana sini seolah olah seseorang bersalah. Itulah dunia modern yang menjadikan arus informasi digital dan media sosial sebagai rujukan.
Kasus kuota haji yang melibatkan pribadi pengurus PBNU adalah sebuah realita politik. Kita sama sama tahu kalau sudah politis bisa digoreng sampai ke laut lepas muaranya.
Ketika NU yang mulia dan keramat ini dianggap salah oleh banyak orang, karena faktor perilaku seseorang yang ada di pengurus PBNU, maka sikap gentle, Legowo dan tahu diri perlu dilakukan. Mestinya siapa saja harus sadar dan faham bahwa NU lebih besar dan lebih penting dari pada pribadi pribadi yang menjadi pengurus, apalagi terkena masalah.
Menjaga harga diri NU itu segala galanya, karena NU milik orang banyak dan sebuah perjuangan yang mengedepankan moral ( Moral Force ). Kita semua sekarang yang di NU hanya nitip hidup agar selalu dalam ajaran Islam Ala Ahlussunnah Wal Jamaah di gagas oleh Mbah Hasyim Asy Ari
Ketika seseorang jadi pengurus NU, melakukan kesalahan entah menggunakan nama NU atau atas nama pribadi berarti sudah cacat moral dan harus dengan sukarela melepas semua atribut NU. Tidak perlu merepotkan NU. Mekanisme organisasi yang paling sederhana harus segera dilakukan.
Kesalahan terbesar pengurus NU akhir akhir ini adalah pengurus jarang melihat ke bawah bagaimana rakyat kecil ber NU dengan penuh ketulusan dan penuh perjuangan. Warga NU tidak pernah protes atas kesalahan atau perilaku pengurus yang menyimpang.
Paling mereka mendoakan semoga diberi hidayah sehingga merubah perilakunya, atau mendoakan biar Allah yang menghukumnya, itu yang bahaya. Maka ada bahasa kuwalat dengan NU itu bukan hanya cerita namun realita.
Banyak pengurus NU yang macak juragan, dengan berbagai fasilitas, kopi kopi gratis bahkan mendapatkan kue politik dengan cuma cuma. Semua warga tahu hal tersebut tetapi juga diam.
Banyak pengurus NU yang diam diam melakukan aksi dukung mendukung kepada calon dalam kompetisi politik dan mendapatkan kopi kopi.
Pernik pernik perilaku pengurus NU mulai pusat sampai daerah sudah difahami oleh warga, warga selalu berbaik sangka. Karena agenda utama warga NU adalah ber NU dengan tulus ikhlas, mengikuti amaliah ibadah Nahdliyah, Nderek Bah Hasyim dan Kyai.
Ketika masalah haji sebagai pintu masuk siapa saja yang berkepentingan untuk mengganggu kepemimpinan Gus Yahya itu sebuah tindakan yang tidak terpuji. Gus Yahya Menjadikan NU sebagai terminal keberangkatan seluruh kader NU ke semua partai politik.
NU bukan milik PKB, namun siapapun dari partai manapun boleh sebagai anggota atau pengurus NU. Maka ketika hasil muktamar calon PKB tidak jadi dan kebijakan gus Yahya yang ekstrim dan moderat banyak pengurus PKB ayangku kecewa.
Gus Yahya ingin menghapus stigma NU adalah NU, bukan NU yang dibayang bayangi PKB atau seolah olah menjadi bagian PKB. Dan ternyata sukses merubah stigma tersebut. Maka seluruh partai politik diberi ruang untuk berekspresi pada jamaah dan jam’iyyah NU.
Gus Yahya ingin melanjutkan perjuangan Gus Dur yang belum selesai, Gus Yahya adalah penerus pemikiran dan gerakan Gus Dur bagaimana NU benar benar rahmatan lil alamin. Politik kekuasaan bagi NU terlalu kecil dan sempit. Politik yang di bangun NU adalah politik Kebangsaan sehingga kader NU berada di mana mana dan bisa ngayomi semuanya.
Maka semua warga NU harus cerdas, jangan menerima berita sepihak apalagi mereka yang bernafsu untuk menguasai NU untuk kepentingan politik tertentu.
Politik bagi NU bukan tujuan, tetapi sebuah alat perjuangan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Artinya partai manapun yang bisa Mensejahterakan rakyat, maka sevisi dengan perjuangan NU dan harus di dukung.
Sebuah renungan perjuangan ketika NU dalam cobaan, semoga semuanya akan baik baik saja.
Penulis
HM. BASORI, M.Si
Belum ada komentar