Berbicara Gus Dur memang tidak akan pernah habis, karena sebagai aktivis dan tokoh fenomenal di NU Gus Dur adalah pribadi yang memiliki gagasan hebat yang selalu uptodate hingga sekarang.

Ketika kekuasaan orde baru semakin kuat dan besar, gus Dur terus melakukan pendidikan politik pada masyarakat kecil di desa desa dengan harapan bagaimana Civil  Society memahami demokrasi dan memberikan motivasi untuk semangat menjalani kehidupan. 

Pemikiran modern, Plural dan humanis menjadi trade merk Gus Dur sehingga banyak masyarakat kecil, kaum minoritas dan siapa saja yang mendapatkan tekanan politik orde baru mengidolakan gus Dur. 

Bahkan saking pentingnya pemikiran Gus Dur untuk disosialisasikan pada akar rumput, ada beberapa orang yang saat tahun 1990 menyebutkan dirinya sebagai penyambung Gus Dur. 

Disisi lain, sebagai tokoh besar dan salah satu inisiator Reformasi, Gus Dur adalah Guru Politik, Guru Ideologis dan Guru Bangsa yang memiliki loyalis dan penggemar berat. Beberapa tokoh yang menjadi penyambung pemikiran gus Dur  dan loyalis Gus Dur pada saat itu antara lain, Muhaimin Iskandar, Gus Yahya, Adi Masardi, Khofifah, Mahfud MD, Mbak Yenni dan masih banyak yang lainnya.

Bersama berjalannya waktu, para loyalis gus Dur menjadi pemimpin bangsa saat ini. Ada yang jadi mentri, Gubernur, anggota DPR-RI dan banyak lagi jabatan prestisius lainnya. Jika mau jujur, mereka semua memiliki hutang budi pada gus Dur dan mendapatkan barokah dari NU. 

Politik itu dinamis, maka tidak heran jika para kader NU yang dulu satu barisan di awal PKB berdiri, seperti Khofifah Indar Parawansa  yang pernah menjadi ketua Bappilu  PKB, Anggota DPR-RI PKB dan Mentri Sosial era Gus Dur akhirnya harus pisah jalan perjuangan sendiri.

Cak Imin yang dulu sebagai penyambung lidah Gus Dur dalam gerakan membangun civil society akhirnya mengambil alih PKB hingga saat ini. Perilaku politik kader idiologis Gus Dur yang tidak nampak di permukaan tetap memiliki cara berfikir, cara bersikap dan terus berjuang untuk membangun masyarakat.

Perilaku politik kader ideologis Gus Dur disemua lapisan masyarakat tidak sedikit, maka setiap gesekan politik selalu dipahami sebuah dinamika. Politik kekuasaan selalu berfikir mempertahankan kekuasaan, namun sebagai kader NU dan kader idiologis NU tetap melanjutkan visi dan gerakan NU dan Gus Dur terus berjuang dalam kekuasaan yang manfaatnya untuk kebesaran NU.

Pemikiran Gus Dur terus hidup dan berkembang bersama dengan waktu, kader ideologis Gus Dur yang memiliki komitmen dan hati nurani akan terus melanjutkan gagasan besar Gus Dur. Jika ada kader ideologis Gus Dur yang sudah lupa terhadap peran dan kebesaran Gus Dur, dunia sudah memberikan predikat khusus kepada mereka. 

Roda kehidupan politik terus bergerak, pesta pasti berakhir, namun inspirasi Gus Dur akan memberikan label pada mereka, termasuk kader pejuang atau pecundang. 

Cobaan NU terbesar sekarang juga tidak bisa lepas dari permainan politik kader Gus Dur, apakah mereka lupa ajaran Gus Dur atau mereka sudah merasa lebih besar dari NU yang mulia.

Ketika dua kubu yang berseteru, dan ternyata masing masing memiliki celah kesalahan dan membenar celah kesalahannya, apakah sudah saatnya para kyai khos dan pondok pesantren bersatu membubarkan kedua kubu untuk membentuk poros penyelamat NU dari keterpurukan yang berkepanjangan ?? 

Maka kita lihat saja episode berikutnya, yang jelas NU akan selalu baik baik saja. Siapa saja yang main main dengan NU, alam akan menyeleksi mereka hingga akan dikenang sebagai Pecundang NU. 

Kita ingat bagaimana para masyayih pendiri NU hingga Gus Dur yang benar benar berjuang untuk NU, namanya tetap harum dan seluruh masyarakat merindukan walau dengan doa. 

Semoga kita menjadikan bagian dari perjuangan NU dan terus berjuang untuk Islam Ahlus Sunnah Wal Jamaah An Nahdliyah. 

Penulis 

HM. BASORI, M.Si 

  • Dewan Pembina Instruktur PW Ansor Jatim 
  • Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocacy


Komentar

    Belum ada komentar

Tinggalkan komentar