Kasus ijazah palsu Jokowi sudah menggema diseluruh dunia, karena kasus tersebut menyangkut tokoh penting mantan seorang Presiden. Ketika berbicara seorang Presiden kita pasti ingat pelajaran PPKN atau sejenisnya, Presiden adalah Simbol Negara, Panglima Tertinggi Tentara Nasional, dipilih oleh seluruh rakyat Indonesia dan orang hebat yang patut dihormati.
Pak Dahlan Iskan bercerita, diminta memberikan penjelasan kepada sahabatnya warga negara Cina tentang ijazah palsu sebenarnya bagaimana. Itu baru satu orang yang jujur menyampaikan dahsyatnya kasus ijazah palsu mantan Presiden Republik Indonesia.
Sebagai warga bangsa kita semua prihatin atas kasus pelaporan ijazah palsu oleh para pengadu, karena masalah tersebut telah merusak reputasi negara Indonesia dalam kancah dunia internasional. Rakyat Indonesia yang di luar negeri merasa malu dan tidak memiliki harga diri ketika warganya sendiri merobek robek eksistensi negara dan bangsanya.
Pertanyaannya bagaimana penyelenggara pemilu waktu itu meneliti dokumen ijazah pak Jokowi ketika mencalonkan diri sebagai wali kota, gubernur dan presiden ?? Jika memang benar benar aspal mestinya kan bisa dihentikan saat proses pencalonan wali kota solo yang kedua.
Kita semua pasti berfikir, apakah harga diri bangsa ini lebih kecil dibandingkan dengan harga diri para pelapor di jadah palsu pak Jokowi. Itu belum kata kata yang disampaikan di media sangat tidak etis dan keluar dari norma warga negara yang santun dan berkepribadian.
Prof Mahfud MD menyampaikan, negara tidak dirugikan ketika seseorang melaporkan kasus ijazah palsu Pak Jokowi ini. Bagaimana seorang warga negara mencabik cabik harga diri bangsa yang telah dibangun bersusah payah oleh para pejuang, para tentara yang menjaga di perbatasan, para ASN yang harus memendekkan pelayanan dengan baik, para Atlit seperti Mega yang mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah internasional ??
Rasa sedih, nyeri dan Sakit hati melihat bangsa dan negaraku dianggap carut marut, jelek dan tidak memiliki wibawa dihadapan bangsa sendiri dan bangsa lain. Maka, kita semua harus berfikir jernih dan cerdas, cintailah NKRI seperti mencintai diri kita sendiri. Jika mereka membuat jelek bangsa dan negara untuk kepentingan dan ambisi pribadi, atau bahkan ada sinyalemen demi kepentingan ekonomi dan uang, ingatlah perjuangan para pendiri bangsa ini dalam mewujudkan kemerdekaan dengan darah dan nyawa.
Negara dan Bangsa ini lebih penting dibandingkan dengan kepuasan nafsu pribadi, kepentingan pribadi atau bahkan kepentingan ekonomi. Jika memang ijazah Jokowi dianggap Aspal, itu menjadi aib bangsa dan negara.
Secara administrasi dan hukum, jika ijazah Jokowi aspal, semua keputusan yang dibuat selama 10 tahun menjadi Presiden batal secara hukum, sebagaimana yang disampaikan oleh Prof Mahfud MD. Padahal kebijakan tersebut menyangkut hajat hidup seluruh rakyat Indonesia.
Tulisan ini tidak secara spesifik mendukung tidak diprosesnya ijazah Pak Jokowi di ranah hukum, tetapi sebuah renungan dan pemikiran seorang warga bangsa yang prihatin dan sedih ketika bangsa dan negaranya dipermalukan diseluruh dunia.
Semoga kasus ijazah Pak Jokowi menjadi pelajaran yang berharga semua penyelenggara negara untuk memperbaiki diri menjadi pelayan masyarakat yang baik dan menegakkan peraturan perundang undangan dengan benar.
Kita semua mencintai Indonesia Raya, maka jangan sampai negara dan bangsa ini rusak dan tercabik cabik oleh perilaku dan sikap egois bangsa kita sendiri. Salam akal sehat !!
Penulis
HM. BASORI, M.Si
Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocacy
Belum ada komentar