Perjalanan hidup manusia di awal ibarat setelan pabrik sebuah kendaraan. Sejak dalam kandungan asupan Ilahiyah dan perbuatan orang tua menjaga agar anak yang dalam kandungan besok menjadi manusia yang sempurna lahir batin.

Hingga akhirnya lahir ke dunia, sejak kecil bagi orang tua yang taat beragama mendidiknya dalam kehidupan yang relegius. Dengan berjalannya waktu dan gesekan kehidupan ketika dewasa, pelan pelan setelan pabrik tersebut mulai kena polusi akhlaq yang membuat pergeseran sikap dan kepribadian. 

Dunia memang tidak seindah yang diharapkan dan dicita citakan, karena ketika berjalan ternyata ada lubang, ada batu bata di tengah jalan, ada jalan yang lurus ternyata licin bahkan ada rambu lalu lintas yang jelas salah tapi tetap kita langgar.

Ketika gesekan hidup dan godaan datang, maka lahir sebuah hati yang keras (sulit dikasih nasehat, semaunya sendiri bahkan ego pribadi yang sangat besar). Jika penyakit tersebut sudah menyebar diseluruh tubuh, maka yang ada hanya mengejar dunia dengan berbagai aksesoris dan kenikmatannya.

Orang yang hatinya sudah keras, maka lahir sebuah sikap yang malas beribadah, menggunakan segala cara untuk mendapatkan uang, malas dalam kebersamaan dan merasa menikmati hidup atas harta dan kekayaan yang dimiliki. 

Mereka merasa kalau jabatan, kekuasaan dan uang adalah segala galanya sehingga lupa jika semua yang di dunia adalah titipan dan sifatnya sementara. Mereka memandang harta adalah segala galanya bahkan seakan akan hidup selamanya.

Jika anda mengalami walau sedikit, maka segeralah istighfar dan kembali ke jalan Allah. Hati yang keras lahir dari jauhnya kita pada ajaran Allah dan Rizqi yang kita makan tidak halal dan berkah. Maka seringlah merenung bahwa hidup itu sementara dan semua akan kembali pada Allah menjadi rem dan pengendali sikap kita dalam memahami dunia.

Hati yang keras juga menyebabkan timbulnya kebencian dan kemarahan yang tak terkendali. Kondisi tersebut juga menyebabkan seseorang tidak bisa membedakan antara yang benar dan yang salah. Seseorang yang keras hatinya akan cenderung menjauhi kebenaran, mendekati kebatilan, menyukai keburukan, dan mencintai kejahatan.

Beberapa cara untuk melembutkan hati agar tidak keras dan sulit untuk menerima cahaya Ilahi : 

  • Membaca Al-Qur'an dan merenungi kandungan maknanya
  • Mengingat kematian, bertakziah, dan ziarah kubur
  • Menjauhi perbuatan maksiat
  • Memperbanyak zikir kepada Allah SWT
  • Memperbanyak amal saleh dan ketaatan
  • Makan dengan Rizqi yang baik dan halal

Dunia memang permainan dan sendau gurau, maka kita harus bisa mengendalikan diri terhadap semua permainan dan sendau gurau tersebut dengan fikiran yang jernih dan hati selalu ada Allah di dalamnya. 

Berbahagialah siapa saja yang dari kecil sudah diberi hidayah berupa iman dan Islam, karena ketika dewasa memiliki keyakinan hati bahwa hidup harus memberi manfaat pada orang lain, memahami harta hanya titipan, kekuasaan adalah amanah yang harus dijaga dan kemaslahatan umat adalah sebuah perjuangan yang harus dilakukan agar selalu dalam ridlo Allah. 

Jika anda sudah dewasa belum menyadari hakekat hidup yang sesungguhnya atau bahkan merasa bahwa hidup itu, makan enak, uang banyak, jabatan dan kekuasaan segalanya. Maka segeralah bertaubat, karena harta benda yang kita miliki akan menjadi kayu bakar yang akan membakar tubuh kita besok di akherat. 

Penulis 

HM Basori M.Si 

Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, and Advocasy

Komentar

    Belum ada komentar

Tinggalkan komentar