Kupatan merupakan tradisi yang dilaksanakan 6 setelah lebaran. Tradisi ini diajarkan oleh sunan Muria, seorang wali songo yang menjadi panutan dalam mengembangkan Islam di Jawa.
Tradisi Kupatan memiliki makna filosofis yang sangat dalam, karena bahasa Kupatan memiliki akronim Ngaku Lepat artinya Mengakui Kesalahan yang pernah diperbuat dan meminta maaf dengan sesama manusia.
Dalam Islam memang tidak diperintahkan namun tradisi ini dilakukan oleh salah satu wali songo sebagai ungkapan rasa syukur setelah melaksanakan puasa Romadlon dan melakukan permohonan maaf kepada sesama manusia.
Kupatan memiliki makna filosofis Laku Papat, artinya Empat Tindakan yang harus dilakukan oleh seseorang ketika masa Kupatan datang yaitu, Lebaran, luberan, leburan dan Laburan.
Pertama, Lebaran memiliki arti berakhirnya bulan puasa yang dilakukan oleh umat Islam selama satu bulan. Selama puasa menahan makan minum dan menahan semua keinginan hati ( nafsu )
Kedua, Luberan mengandung arti sebuah perintah untuk mengeluarkan zakat dan sodaqoh kepada sesama dari harta yang kita miliki. Ajakan memberikan zakat dan sedekah merupakan bentuk kesolehan sosial yang ditanamkan agar harta yang kita miliki dibersihkan dengan cara berzakat, dan memberikan keringanan kepada orang yang tidak mampu saat lebaran tiba agar dia berbahagia.
Ketiga, Leburan mengandung arti melebur habis semua kesalahan dan dosa pada Allah yang pernah kita lakukan dengan berpuasa satu bulan penuh. Disisi lain kita melebur dosa atau kesalahan yang pernah kita lakukan dengan sesama manusia.
Keempat, Laburan mengandung arti menjernihkan hati dengan simbul kesucian. Laburan ini memberikan pelajaran bahwa setelah urusan Ilahiyah selesai karena kita puasa sebulan penuh dan urusan dengan sesama manusia selesai karena kita meminta maaf langsung kepada yang bersangkutan, maka jiwa dan raga kita kembali pada kesucian sebagaimana ketika baru lahir.
Walaupun Sebagai tradisi, Kupatan bukan hanya sekedar makan kupat yang mengandung karbohidrat. Namun Kupatan memiliki makna simbolis yang melambangkan rasa syukur, kebersamaan dan persatuan.
Sebagai tradisi baik, Kupatan tidak perlu diperdebatkan karena tidak ada dalam Al qur’an ataupun hadits, tetapi setiap kebaikan yang memiliki dampak terhadap kemaslahatan umum agama Islam tidak pernah melarang. Sebuah catatan sederhana semoga bermanfaat !!
Penulis
HM. BASORI, M.Si
Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocacy
Belum ada komentar