Kehidupan adalah anugerah terindah bagi siapa saja yang bisa memahaminya. Kehidupan sebagai anugerah hanya bisa dipahami oleh orang yang diberi iman (percaya dan yakin bahwa kita hanya sebagai makhluk ciptaan Allah dan akan kembali kepada yang menciptakan).

Kehidupan dan semua dinamika yang terjadi tidak ada yang tidak memiliki maksut dan tujuan, karena Allah Maha Segalanya, sehingga setiap kejadian selalu memiliki makna bagi siapa saja yang bisa memahaminya. 

Maka hadirkan Allah dalam setiap kejadian yang terjadi bahkan hadirkan Allah dalam setiap helaan nafas kita. Terlalu banyak orang tua yang lupa memberikan pendidikan dan pengetahuan akan keimanan pada Allah, sehingga anak anaknya memiliki hati yang rapuh, cara berpikir pragmatis dan berorentasi pada keduniaan. 

Kenyataan hidup bagi orang beriman adalah sebuah taqdir Allah (realita hidup yang telah ditetapkan oleh Allah sejak di lauhul mahfudz ) yang harus dijalani dan terima oleh makhluq sebagai bentuk penghambaan pada sang Kholiq. 

Karena semua dari Allah, maka jika kita menjalani dengan ikhlas maka akan memiliki nilai ibadah yang kelak akan diberikan balasan di hari akhir nanti. 

Dalam hidup semua orang memiliki kebahagiaan dan kesedihan sesuai dengan porsinya masing masing. Kebahagiaan bisa kita rasakan ketika kita pernah merasakan sebuah kesedihan. 

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Anbiya ayat 35 yang berbunyi “ Wahai manusia, Kami akan menguji kalian dengan kesempitan dan kenikmatan, untuk menguji iman kalian. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan kembali” 

Senang dan susah adalah Sunnatullah yang pasti mewarnai kehidupan manusia. Tidak ada seorangpun yang merasa senang terus, dan tidak ada pula manusia yang terus dalam duka. 

Senang dan dusah silih berganti dalam kehidupan ini sehingga hidup menjadi penuh warna bagaikan pelangi. Jangankan kita sebagai manusia biasa, para kekasih Allah yakni Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya pernah dirundung kesedihan. 

Allah menceritakan kesedihan yang dialami oleh para kekasih Allah tersebut saat kekalahan yang mereka alami dalam perang Uhud, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an surat Ali Imron 140 yang berbunyi “Dan Masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapatkan pelajaran), dan supaya Allah ingin memberi bukti kebenaran kepada beriman (dengan orang orang kafir) dan menjadikan sebagian diantara kalian sebagai syuhada. Allah tidak menyukai orang orang yang zalim. 

Allah yang menciptakan kebahagiaan dan kesedihan agar manusia menyadari nikmatnya kebahagiaan, sehingga ia bersyukur dan berbagi. Sempitnya kesedihan diciptakan agar ia tunduk dan bersimpuh dihadapan Allah yang Maha Pengasih, serta tidak menyombongkan diri. Sehingga dia mengadu, merendah dan merengek di hadapan Allah. 

Bersimpuh pasrah kepada Allah yang Maha Penyayang. Seperti aduannya Nabi Ya’qub saat lama berpisah dengan putra tercintanya Yusuf Alaihisalam, sebagaimana tersebut  dalam Al Qur Surat Yusuf 96 yang artinya “Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadu penderitaan dan kesedihanku” 

Tidaklah salah dan tercela jika seseorang merasa sedih, karena naluri manusia, terlebih jika kesedihan tersebut atas sesuatu yang terpuji. 

Namun kita tidak boleh larut dalam kesedihan yang berkepanjangan hingga membuat semangat hidup kita menjadi lemah. Kesedihan yang berlebihan akan melemahkan hati, tekad hidup meredup, rasa optimis menghilang bahkan kesedihan bisa menghancurkan harapan hidup. 

Kondisi ini sangat berbahaya, karena setan selalu menafaat kelemahan manusia sehingga membuat lemah diri seseorang untuk menggapai ridlo Allah SWT. Tidak perlu berlama lama dalam kesedihan dalam hati, karena setan sangat senang melihat seorang mukmin bersedih. 

Ibnu Qoyyim rohimahullah menyatakan kesedihan adalah keadaan yang menyenangkan, tidak ada kemaslahatan bagi hati, suatu hal yang paling disenangi setan adalah membuat sedih hati seorang hamba. Karena kesedihan bisa menghentikan kebiasaan amal baik bagi seorang hamba untuk berbuat baik kepada Allah.

Oleh karena itu kondisi bencana alam, musibah dan terbatasnya ikhtiar untuk tholabul halal (bekerja) seperti ini, saatnya kita mengupgrad hati dan fikiran kita.  

Dengan cara menata hati bahwa semua sudah kehendak Allah, kita tinggal menjalaninya dengan ihlas, tetap semangat bekerja, berpikir positif, semangat hidup dan lebih mendekatkan diri pada Allah, melalui doa, zikir, istigohsah, baca Al Qur’an. 

Sebuah catatan sederhana semoga menjadi  motivasi pada diri kita untuk menuju hari hari kedepan yang lebi indah.

Seraya berdoa Semoga Allah memberikan kesehatan, keselamatan, kekuatan dan kebahagiaan pada keluarga kita semua. 

 Jeddah Saudi Arabia 18 Desember 2025

 

HM Basori M.Si

Direktur Sekolah Perubahan 

 

Komentar

    Belum ada komentar

Tinggalkan komentar