Resiko terbesar dari seorang kader partai adalah dipecat jika tidak loyal terhadap perintah partai, apalagi Calon Legislatif ( Caleg ) yang jadi. Hiruk pikuk Pilkada selalu menempatkan caleg jadi sebagai tulang punggung pemenangan bagi seorang calon. 

Secara realita, seorang caleg jadi sebenarnya sudah kehabisan darah untuk membangkitkan kekuatan dalam mendukung seorang calon. Karena biaya kampanye yang dihabiskan sudah di atas 1 Milyar. Belum lagi harus mengikuti bimtek partai yang biayanya di atas 5 juta, belum lagi apel kader yang pasti mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. 

Kondisi tersebut membuat hati dan Fikiran caleg jadi hancur berkeping keping. Itulah resiko politik seorang kader partai. Maka jika seorang calon bupati atau Gubernur harus memahami psichologi caleg jadi jika disuruh membantu memenangkan calon kepala daerah. Berikut ini analisisnya : 

  1. Caleg Jadi sudah kehabisan energi untuk bangkit melakukan konsolidasi,  maka calon harus memberikan SUPPORT dana agar kader yang diharapkan membantu bisa segera terkonsolidasi 
  2. Penggalangan dan komunikasi kader  adalah seni rupa, maka jika tidak ada dana tidak akan bisa berjalan. 
  3. Caleg jadi tidak bisa dijadikan ujung tombak pemenangan karena potensi pendukung tidak merata di masing desa, dusun atau TPS, maka kandidat harus bisa memilih dan memilah
  4. Calon pemilih berfikir Politik dipahami sebagai pesta, maka fasilitas yang memberi dorongan seseorang untuk mau memilih harus disiapkan 
  5. Calon tidak terpilih dan calon terpilih sama sama potensi, maka calon harus pandai pandai mengambil hati keduanya biar dukungan bisa kita dapatkan 
  6. Struktur partai harus memahami kondisi calon jadi, maka setiap perintah yang mengandung anggaran harus diperhitungkan 
  7. Calon jadi adalah manusia biasa, maka keinginan mendapat kopi kopi selalu ada, maka harus memahami kondisi tersebut 
  8. Perilaku pemilih dipengaruhi okeh rekam jejak, program, isu politik dan visi misi calon, tetapi gizi selalu menempati urutan pertama. Jika gizi tidak siap, maka calon jadi enggan untuk bergerak  melakukan konsolidasi 

Begitulah perilaku politik saat ini, maka siapapun anda yang ingin menggunakan mesin politik calon jadi harus memahami dan bisa mengambil hati mereka. Politik sebagai komoditas tidak bisa kita elakkan dalam era politik modern sekarang ini.

Sebuah keprihatinan namun itulah yang terjadi, maka menggagas visi yang baik harus disertai gizi yang lebih baik. 

Penulis 

HM. BASORI, M.Si 

Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocacy

Komentar

    Belum ada komentar

Tinggalkan komentar