Alkisah ada seorang Mahasiswa angkatan tahun 90 an, dia seorang mahasiswa UM Malang yang cerdas, berkepribadian dan aktifis. Sebagai mahasiswa yang lulus dengan predikat 10 besar terbaik memiliki peluang untuk menjadi dosen pada saat itu.
Namun ketekunannya sebagai seorang santri, beliau selalu mengikuti apa yang di dawuhkan oleh sang Kyai walaupun sempat meniti karir menjadi wartawan Antara, menjadi bagian pemasaran mobil Timor dan banyak lagi profesi yang pernah ditekuni.
Melihat perjalanan dunia yang menurut versi dia sangat rumit, penuh tipu tipu dan hasil yang dicapai minimal subhat bahkan halal akhirnya beliau memilih untuk menjadi orang biasa dengan bekerja seadanya tapi halal.
Sebagai aktifis yang cerdas di tahun 90 an, beliau memiliki sahabat seperjuangan yang hampir semua sukses baik sebagai anggota DPR-RI, DPRD, Dosen bahkan guru besar. Ketika awal reformasi banyak teman yang menawari program milyaran dia tolak, mengajak untuk kembali sebagai aktifi politik di tolak, diberi uang sahabatnya ditolak yang terakhir diberi uang sama Bupati karena dianggap mendukung ditolak.
Sebuah perilaku yang qonaah, aneh dan benar benar memilih untuk tidak cinta dunia. Semua dilakukan karena semata mata mengikuti perintah Kyainya.
Dengan laku topo, jauh dari kemaksiatan dan uang haram, beliau memiliki kemampuan spiritual yang bagus, hingga banyak orang yang minta tolong dan berhasil. Kelebihan yang dimiliki tersebut akhirnya juga dihentikan karena tidak sesuai dengan hati dan fikirannya.
Dia tidak mau disebut kyai, walau ada beberapa kyai yang punya pondok mengatakan bahwa yang kyai adalah penjenengan ( maaf karena kyai yang punya santri tersebut menyadari masih mikir amplop, minta hibah, jadi pejabat bahkan aksesoris hidupnya sangat mewah).
Yang terakhir beliau dalam mimpi ketemu Almarhum Gus Mik. Dalam mimpinya beliau di minta untuk istiqomah menerangi rumah rumah di Daerah Karangrejo Tulungagung hingga sekarang. Mimpi tersebut tembus dengan gus Tsabut putra Gus Mik, suatu waktu beliau pesan ke seseorang agar orang tersebut sowan ke dalem gus Tsabut.
Karena mendapat pesan dan beliau pernah mimpi dengan gus Mik, akhir mimpinya disampaikan ke beliau, apa artinya disuruh menerangi rumah masyarakat ? Beliau menjawab teruskan apa yang sudah dilakukan dengan sabar dan semangat.
Selang beberapa waktu gus Tsabut menjawab, orang tersebut ditinggal menemui tamu dan disuruh nunggu tidak boleh pindah dari jam 8 sampai jam 03.00 pagi. Karena menunggu sudah lama beliau batin, apa gus Tsabut lupa sama saya ? Batin beliau.
Selang beberapa saat ada santri yang mendatangi diruang khusus gus Tsabut memberi tahun kalau beliau diperbolehkan pulang dulu tanpa harus menunggu gus Tsabut. Terjadi perdebatan antara tetap nunggu atau pulang sesuai pesan. Karena hampir menjelang subuh akhirnya pulang.
Begitu indahnya hati dan mata batin kekasih Allah. Kesabaran, kesederhanaan dan cara hidup yang jauh dari keduniaan, sabar dan semangat dalam perjuangan ternyata memiliki nilai dan kemuliaan.
Ternyata di dunia modern seperti ini masih ada Makhluq Allah yang memilih hidup total untuk mengabdi kepada Allah dan berjuang membangun masyarakat. Kita bisa belajar dari beliau, memilih hidup sebagai hamba Allah, memilih hidup sederhana, memilih hidup dalam perjuangan merupakan derajat tertinggi dalam kehidupan dunia dan sebuah jalan lapang menuju surga, karena hisab yang akan dijalani hampir tidak ada.
Harta yang dimiliki tidak banyak, cara mencarinya dengan halal, apa yang dilakukan jauh dari melanggar aturan Allah dan bener benar takut dengan barang haram.
Rasa nyaman dan indah dalam kesederhanaan benar benar perjuangan dan anugerah yang akan di miliki oleh kekasih Allah. Semoga kita bisa merenungkan apa yang kita jalani, untuk menauladani kebaikan beliau yang mungkin bisa kita tiru walau tidak 100 persen.
Penulis
HM. BASORI, M.Si
Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocacy
Belum ada komentar