Kita baru saja kehilangan sosok panutan, ahli thoriqoh dan pejuang NU yang hebat. Seorang Alumni Ponpes Mojosari, pondok tertua di Indonesia yang melahirkan ulama ulama hebat di seluruh penjuru Indonesia. KH Arif Mahfud wafat di isian 89 Tahun, dengan meninggalkan putra putri yang hampir semua PNS. 

Putra pertama Hubeb Suroya adalah lulusan pertanian yang menjadi pegawai Pabri gula di Madiun, sedangkan kelima lainnya antara lain Gundar Najih, Darwis Tohari, Faisol abadi, Dawiyah dan Ghizai Faruk yang semuanya PNS. 

Kesuksesan semua putra KH Aeif Mahfudz yang saat itu masih sangat jarang orang NU yang berfikir sekolah dan kuliah umum, karena keluarga besar NU masih dipasang sebelah mata. Sehingga KH Arif mendesain pendidikan putra putra begitu unik dan luar biasa. Beliau mengajar sendiri anaknya dari kecil, anaknya harus khatam Al Qur’an 3 kali, khatam kitab Alberjanji sekali baru di khitankan. 

Hebatnya lagi, semua anaknya wajib hafal jurumiyah dan Alfiyah Ibnu Malik ( nadloman seribu bait yang menjadi pelajaran wajib hafal pada semua santri pondok pesantren). Atas kegigihan beliau memberikan pelajaran pada putranya, ada salah satu putra bernama Hubeb Suroya menjadi juara baca kitab kuning walau dirinya kuliah di UNIK Kediri jurusan Pertanian. 

KH Mahfud ayahanda KH Arif Mahfudz, yang juga Alumni Mojosari ketika masih sugengnya KH Zainudin memiliki putra dan putri pejuang Islam dan NU antara kain KH Dimyati Mahfudz, KH Hamid Mahfudz, KH Tamami dan Nyai Hamdiyah. Kegigihan dalam pendidikan KH Arif Mahfudz diwujudkan dalam perjuangan mendirikan lembaga pendidikan mulai dari PAUD sampai Perguruan Tinggi. 

Santri Pondok Pesantren Darul Mutaalimin yang berada di desa Termas Patianrowo ini santri mukimnya sebanyak 1.000 dan semua siswa yang sekolah sebanyak 3.000 siswa mulai dari PAUD sampai Perguruan tinggi. 

KH Arif Mahfud merupakan salah satu putra KH Mahfudz yang paling cerdas, maka cara mendidik anak dan menyekolahkan anak sangat maju dan modern. Kita bisa membayangkan jika sebelum tahun 1970 an, tantangan tradisi pesantren masih eksklusif dan mencari uang masih sangat sulit dicari, namun putra putrinya kuliah di Perguruan Tinggi umum yang bergengsi seperti UNAIR Surabaya. Bahkan Dua putra KH Arif Mahfud yang bernama Ning Dewi dan Gus Faruk menyelesaikan kuliah S3 (Doktor).

KH Arif Mahfudz selalu mendorong putra putrinya untuk memperkuat Syariat dulu agar memiliki dasar dan pedoman yang kuat. Maka muncul generasi hebat penerus beliau yang memiliki keahlian khusus, seperti KH Darwis penerus Thoriqoh yang sebelumnya dipegang oleh KH Arif Mahfudz .

Kegigihan dalam menempuh pendidikan umum dilanjutkan oleh KH Darwis putrinya yang bernama Diana Rukidarojat seorang dokter umum lulusan UNUSA Surabaya dan ning Robita yang kuliah di ITS Surabaya

Kita semua patut meneladani apa yang dilakukan oleh KH Arif Mahfudz dalam pendidikan, perjuangan dan bagaimana mendidik anak sehingga menjadi pejuang yang hebat. KH Arif juga mengajarkan hidup sederhana dengan prinsip nrimo lan ojo dumeh.

Mojosari telah melahirkan pejuang hebat, maka jika saat ini dzurriyah Mojosari Gus Muhibbin ingin mengabdikan diri menjadi Bupati Nganjuk harus kita dukung sebagai manifestasi rasa Tawadluk dan Tabarukan kepada mbah Zainudin Sebagai Kyai dan Gurunya Kyai dan Ulama Hebat yang tersebar diseluruh Indonesia. Semoga Allah Memgabulkan. Amin

Penulis 

HM. BASORI, M.Si 

Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocacy

Komentar

    Belum ada komentar

Tinggalkan komentar