Rahasia diciptakan manusia oleh Allah SWT adalah sebagai makhluk yang paling sempurna dan istimewa di antara makhluk-makhluk lainnya. Manusia diciptakan dengan akal, hati, dan ruh, yang memungkinkan mereka untuk berpikir, beriman, dan berbuat baik.
Selain itu, manusia juga diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi, bertanggung jawab atas keberadaan dan pengelolaan alam semesta. Kesempurnaan manusia sebagai Makhluq Allah akan selalu mendapatkan godaan dari setan, karena Allah menciptakan setan untuk mengganggu dan menggoda manusia agar berlaku maksiat dan berpaling kepada perintah Allah.
Setelah mengetahui hakekat setan dan manusia dalam kehidupan dunia, maka kita harus paham walaupun seseorang melaksanakan puncak ketaatan dan keimanannya kepada Allah berupa beribadah haji, maka orang tersebut tidak akan pernah lepas dari godaan setan.
Setan dan iblis sebagai makhluk ciptaan Allah yang suka menggoda dan menyesatkan manusia. Iblis memiliki banyak nama dan tugas, seperti Khonzab (mengganggu sholat), Walhan (mengganggu bersuci), dan Zallanbur (menggoda di pasar).
Setan juga memiliki berbagai cara untuk menggoda, seperti bisikan, bisikan melalui hati, dan membangkitkan keinginan untuk melakukan perbuatan dosa.
Untuk menjaga ke Mabruran Haji, maka Gus Baha memberikan perspektif yang menekankan pentingnya pembinaan diri yang kontinyu. Beliau menjelaskan bahwa haji adalah bagian dari proses panjang dalam membangun karakter muslim yang taat. Terjerumusnya seseorang ke dalam maksiat setelah haji menunjukkan bahwa masih ada kelemahan dalam pemahaman dan praktik agama yang perlu terus diperbaiki.
“Haji adalah momen puncak, tetapi bukan akhir dari perjalanan spiritual manusia. Jika masih ada maksiat, itu berarti kita harus terus belajar dan memperbaiki diri. Melakukan pembinaan akhlak harus terus-menerus dilakukan”
Sementara Ustaz Abdul Somad menekankan pentingnya niat yang tulus dan tekad yang kuat dalam menjalankan ibadah haji. Menurutnya, haji bukan sekadar ritual fisik semata, tetapi juga perjalanan spiritual yang harus meresap ke dalam hati setiap muslim yang menjalankannya.
Beliau menjelaskan bahwa jika seseorang masih berbuat maksiat setelah haji, itu bisa jadi karena niat hajinya tidak benar-benar tulus atau tidak memahami esensi dari ibadah tersebut.
“Allah tidak melihat rupa dan fisik kita, tetapi Allah melihat hati dan niat kita. Kalau setelah haji masih berbuat maksiat, periksa lagi niatnya. Apakah kita berhaji karena Allah atau hanya karena ingin disebut sudah berhaji”
Maka kita semua harus memahami bahwa bahwa kita adalah manusia biasa yang tidak akan pernah sempurna, namun sebagai orang yang ditaqdirkan Allah bisa menunaikan ibadah haji, kita harus berusaha dan berjuang untuk menjaga ke Mabruran Haji dengan :
Semoga kita menjadi hamba yang selalu dalam kabaikan, terjaga dari perbuatan yang melanggar perintah Allah dan Rosulnya. Jangan pernah mencela kejelekan orang lain siapapun dia, karena sebenar Allah menutupi aib dan kesalahan kita sehingga orang lain tidak pernah tahu.
Penulis
HM. Basori M.Si
Direktur Sekolah Perubahan, Training, Research, Consulting, and Advocasy
Belum ada komentar