Setelahnya musibah Ponpes Al Khoziny mulai reda, muncul lagi sebuah siaran Tras 7 yang jelas sebuah framing media dengan jelas dan nyata acara tersebut mendegradasi tradisi pondok pesantren dan Kyai Pesantren.
Dalam catatan saya sebelumnya sudah kami kupas bagaimana dinamika kehidupan pondok pesantren yang memang berbeda dengan pendidikan umum, terutama penerapan Kitab Ta’limul Muta’allim
Dari model pembelajaran pondok pesantren jelas dan nyata jika pondok pesantren adalah pondasi hidup dunia akherat bagi para santri.
Dilihat dari beberapa berita mengenai pondok pesantren, kyai, santri dan kader NU yang memiliki masalah, digoreng habis habisan.
Orang di luar NU sangat iri dengan kelompokan, keharmonisan dan kebesaran pesantren dan NU dalam ikut serta menjaga NKRI. Disisi Pasukan sakit terhadap keharmonisan Pondok Pesantren, Kyai dan pemerintah merasa tidak rela.
Pondok Pesantren dan NU adalah kekuatan riil yang memiliki andil besar dalam menjaga NKRI. Sejak G 30 S PKI, hanya ormas NU yang menyatakan Pancasila sebagai dasar negara bersama dengan TNI. PKI jelas menolak Pancasila dan ormas lain memilih diam tidak berani menyatakan pendapatan secara tegas.
Kita memiliki kader NU hebat ketika tahun 1960 an bernama Subhan ZE. Seorang pemuda yang memiliki intelektualitas tinggi, pemberani dan kritis. Beliau adalah inspirator pergerakan NU dalam menghadapi PKI dan pengkritik keras pemerintah orde baru.
Dari Subhan ZE yang kiprahnya dihilangkan dalam sejarah Indonesia, kita harus banyak belajar bagaimana NU berjuang untuk NKRI dan bagaimana resiko perjuangan untuk mengokohkan peran serta Kyai dan NU dalam dinamika politik Indonesia.
Maka ketika kader NU banyak yang berada di puncak kekuasaan, memiliki peran strategis dalam pemerintah dan berdampak luas pada masyarakat, goyangan terhadap Pondok Pesantren dan NU semakin keras.
Trans 7 membuat acara yang memframing pondok pesantren jelek dan dianggap feodal bukan tanpa alasan. Maka kita mesti harus menyikapi dengan bijaksana dan tegas. Namun yang lebih penting lagi bagaimana setiap framing media tidak disikapi dengan arogan.
Seluruh usaha untuk menghancurkan martabat kyai, Santri dan Pondok pesantren adalah sebuah gerakan sistemik yang ingin NU hancur. Berbicara kyai, santri dan pondok pesantren jelas tidak bisa lepas dari eksistensi NU.
Tradisi pondok pesantren tidak ada yang salah, semua yang dilakukan merupakan manifestasi dari pengamalan kitab salaf yang menjadi pegangan santri.
Bagaimana santri dan wali santri tawadlu’, sopan dan ngalab barokah dengan memberi amplop berisi uang pada kyai adalah bentuk tabarrukan kepada Kyai.
Dalam pondok pesantren tidak pernah ada eksploitasi, perilaku feodal maupun sikap yang melanggar kaidah Islamiyah. Semua dalam bingkai pengamalan dari kitab kitab salaf yang selama ratusan tahun dilakukan oleh para masyayih dan Kyai.
Seluruh Santri, Kyai dan NU harus semakin kokoh dan kompak, karena mereka yang tidak suka NU harmonis dan NKRI eksis akan terus berusaha membuat NU dan Indonesia tidak aman.
Penulis
HM. BASORI, M.Si
Belum ada komentar